Pages

Waktu berjalan begitu cepat!

Sunday, October 30, 2011

02.30 am duduk seorang diri di kursi tunggu rumah sakit dan dengan jelas saya dapat mengidentifikasi nama kursi ini"gang chair" haha karena saya pernah bekerja di furniture jadi saya tahu. Baru saja tiba di jakarta, setelah 2 jam delayed pesawat dari Surabaya.

Minggu yang sibuk dan bulan yang sibuk di Oktober ini. Kerjaan, kegiatan diluar kantor, urusan keluarga, padat merayap. Sampai tidak ada waktu untuk menulis blog (haha lebay..:p)

Pagi ini, karena saya tidak bisa tidur di waiting room jadi saya duduk di luar ruangan. Oh kenapa saya ada di rumah sakit ini, karena om saya, yang sedang sakit di rawat disini. Meski perjalanan yang melelahkan dari surabaya, karena terlalu lama menunggu, dan sebenarnya saya mengantuk tapi saya tidak bisa tidur. Ada buku bacaan di tas (tapi pasti semakin mengantuk :p) ada snack dan minuman ringan juga (pasti kekenyangan setelah itu mengantuk juga :p) chatting? Sudah tidak ada orang online jam setengah tiga pagi begini haha...jadi saya putuskan menulis saja (akhirnya..ada waktu untuk menulis, haha super duper lebay).

Untung saja rumah sakit ini bersih dengan penerangan yang banyak jadi saya tidak merasa sedang di rumah sakit. Rasanya hari berjalan begitu cepat, sabtu masih kerja seperti biasa sampai pukul 12.00 selepasnya sibuk mencari tiket, dan tiba-tiba saya sudah ada disini ..puiiccch...besok malam pulang lagi ke surabaya.

Dengan begini, di rumah sakit ini, kadang beberapa pasien lewat di depan saya dengan di dorong perawat diatas ranjang mereka. Saya merasa hidup itu begitu cepat sesungguhnya, sama halnya seperti waktu yang begitu cepat berlalu, betapa berharganya sebuah kesehatan, melihat bagaimana om saya yang beberapa minggu lalu masih baik-baik saja, tiba-tiba sekarang sudah di rawat di ruang ICU karena sakitnya dan sudah koma beberapa hari ini. 

Kadang saya sering komplain banyak hal pada Tuhan, padahal dibandingkan dengan mereka-mereka yang harus di rawat disini saya jauh lebih beruntung ... :)

Cerita Minggu Sore : Lukisan, Cokek dan Hujan

Monday, October 10, 2011


Kecintaan saya pada lukisan ternyata memang belum hilang, meski hidup akhir-akhir ini tak banyak diisi dengan cerita soal lukisan, cat, kuas atau hal-hal lain yang berbau lukisaan. Minggu sore kemarin, saya ke Royal plaza mall untuk mencari sesuatu. Seorang diri, hanya ditemani tas ransel saya. 

Saya sedang mencari lift ke luar di lantai LG saat mata saya berhenti pada sederetan lukisan yang bersandar di tangga eskalator dan terjajar tidak beraturan di beberapa stand. Sebenarnya ini kali pertama saya tahu tentang stand-stand lukisan di lantai itu, saya tidak pernah menjelajah sampai situ sebelumnya. Saya mengunjungi beberapa stand diantaranya dan berhenti cukup lama, di salah satunya. Mas Murdi, begitu pelukis itu menyebutkan namanya. Pelukis yang ramah dan murah senyum. Saya duduk sebentar disana, mengamatinya menggambar salah satu pesanan lukisan pensil.
Mas Murdi yang sedang menggambar pesanan lukisan


Kita sempat berbincang sebentar, saya bercerita tentang kesukaan saya pada lukisan dan ayah saya yang pandai melukis tapi tidak dengan saya. Saya sangat buruk menggambar potrait. Dan mas Murdi bilang, " Pelukis perempuan sangat jarang, belajar lagi saja, pelan-pelan, kalau suka pasti bisa, dulu ada salah satu murid saya, dia selalu diledekin teman-temannya karena lukisannya sangat jelek, tapi dia tetap berlatih, lalu sekolah di smk seni, dan sekarang, lukisannya sudah bagus," hemm... saya tertegun, benar juga. 

Saya teringat kalau dulu sebenarnya saya suka menggambar, biasanya saya menggambar menggunakan pastel. Saya ceritakan pada mas Murdi, dia antusias sekali, dia bilang saya harus menggambar lagi. Kalau saya mau belajar, dia mau mengajari saya jua. Wow!  Lalu dia bercerita lagi soal lukisan, katanya melukis itu sebenarnya mudah, tinggal niat dan salah satu kuncinya setiap kita menggambar, objek utama dan backgroud warnanya harus berbeda, warna objek harus lebih menonjol dari warna background. Begitu katanya saat mengomentari salah satu lukisannya yang saya puji. Dia bilang lukisan itu belum jadi, karena warna background dan objek belum ada gradasinya. Saya berpamitan pada mas Murdi, dia senang sekali saya berkunjung, kapan-kapan saya pasti berkunjung lagi.
Mas Mardi dan stand lukisannya

 
Melanjutkan petualangan berikutnya saya segera menuju tempat parkir untuk mengambil motor saya. Bertepatan dengan saya yang mau ke luar dari parkiran, tiba-tiba datang orang asing, mungkin orang Jepang atau orang Korea  dengan membawa sepedanya, rupanya dia mencari parkir sepeda.  Mas parkirnya bilang tidak bisa parkir disitu karena itu hanya untuk motor. Mas bule berbicara bahasa inggris, mas parkir berbicara bahasa indonesia dan tidak nyambung sama sekali. Akhirnya saya bilang pada mas bule bahwa disitu "motorcycle only, for the bike is out side, turn a right and you will found it" he said " thank you" hadeww susahnya ya mencari parkir sepeda di kota ini, mungkin hampir di seluruh kota di indonesia, tidak ada tempat khusus parkir sepeda.

19.00 WIB saya sampai di THR untuk latihan ketoprak, saya senang sekali, selesai latihan saya sempat menyasikan group yang saya pikir ludruk pada awalnya, pentas di pelataran. Ternyata mereka group cokek, kalau kata Pak Hirno, pelatih ketoprak saya, cokek adalah penampilan sejumlah orang untuk menyajikan lagu-lagu dengan diiringi alat musik tradisional. Para penyajinya bisa dari group ludruk juga seperti mereka ini. Saya menyaksikan mereka sejenak.

Gorup Cokek..sorry hasil foto kurang ok, maklum dari kamera hp :p


Gedung Ludruk THR, tepat didepan gedung ketoprak

21.00 WIB saya pulang ke Sidoarjo, mengantar Bu Lilik terlebih dahulu ke Klampis dan tahu apa yang terjadi, hujan! Saya bertemu hujan pertama di bulan oktober, aroma tanah kering yang tersiram air hujan...hemmm wangi sekali. Sampailah saya di rumah basah kuyup, karena hujan yang tiba-tiba datang dan belum sempat pakai jas hujan...Haha :D

Tapi semuanya menyenangkan :)

My friend said : Don't Stop writing !!

Thursday, October 6, 2011

Jalan setiap orang berbeda-beda untuk mencapai sukses yang mereka inginkan. Ada yang lurus-lurus saja, ada yang harus berputar, menukik, salah pilih jalan, putar balik, macam-macam. Lalu sebenarnya apa sukses itu? apa ini soal uang, mobil mewah, jabatan tinggi di kantor atau ini hanyalah hal sederhana yang disebut kebahagian? Setiap orang memiliki arti yang berbeda tentang arti sukses, dan saya memilih yang terakhir, kebahagian!

Dan saya ternyata sudah sangat salah mengartikan kata sukses selama ini, kalau di umpamakan kalimat, 'kebahagian' adalah kata inti, lalu 'mobil, rumah, jabatan,dll' adalah kata keterangan. Namun yang ada dalam hidup saya justru sebaliknya, saya mengejar 'kata keterangan' terlebih dahulu untuk menyiapkan 'kata inti'. Semua yang saya kerjakan tidak pernah membuat saya merasa bahagia. Saya kehilangan 'soul' hampir dalam semua hal dan aspek kehidupan pribadi saya, kehilangan sebuah 'tekad' dalam hal apapun, kebingungan menemukan kembali mana cita-cita saya yang sesungguhnya. Sibuk memikirkan apa pendapat orang, begini, begitu, akhirnya saya selalu membutuhkan obat migrain haha.

Bulan-bulan terakhir ini, saya banyak belajar, banyak mengevaluasi hidup, dan semua sudah 'out of the track' ternyata. Salah satu sahabat baik saya, Diyan posting soal swot pripadi, analisa pribadi tentang diri kita, just simple posting, bahasa yang ringan dan sederhana, but it's so touching! here's the link http://kelleykatze.blogspot.com/2011/09/swot-yourself.html .....Thanks for sharing that.

Dan saya tahu, saya masih punya mimpi, dan mimpi itu satu-satunya yang selama ini selalu saya jalani dengan bahagia, tanpa berfikir untuk uang atau hal materi lainnya. Dari SMP saya selalu ingin jadi penulis, bukan penulis ternama, hanya penulis yang tulisannya disukai orang atau mungkin bisa bermanfaat untuk orang lain. Dari dulu saya tetap menulis, meski selalu saja merasa tulisan saya jelek, tidak sempurna, ada yang kurang, ada yang aneh dan serangkaian teror fikiran buruk saya sendiri. Karena sesungguh tidak pernah ada yang membaca tulisan saya. Kalau ada yang mau membaca, saya selalu bilang, "nanti aja kalau sudah bagus," dan akhirnya tulisan itu hanya menjadi tumpukan -tumpukan kertas. Kumpulan-kumpaln cerpen itu tersimpan dibeberapa folder komputer dengan password. Tak seorangpun pernah membacanya.

 Beberapa bulan yang lalu saya sempat menunjukan tulisan saya pada salah satu teman saya, penulis komik, dia kasih masukan untuk cerpen yang saya perlihatkan padanya. Kami belum pernah bertemu, dia teman belajar bahasa spanyol online saya. Dia suka, meski beberapa plot harus di ubah dan beberapa kritikan disana-sini, tapi sangat membangun. Lalu kemarin, saya mengirimkan cerpen itu ke salah satu sahabat saya lainnya, saya tidak pernah berharap sebuah pujian saat saya meminta orang lain membaca tulisan saya, karena saya sangat sangat sangat tidak percaya diri tentang tulisan saya. Dan dia replay balik cerpen yang saya kirim, begini katanya :

please don't stop writing...!!!

aku bukan drama lover, pecinta cerita sedih.
but your story is good.
sangat runut..

seperti baca cerpen di majalah.

please don't stop writing or i kill you....
Haha...saya membaca tulisan itu berkali-kali, tersenyum dan tersenyum lagi. Tapi tulisan itu memberi tahu saya sesuatu, saat saya mengerjakan sesuatu dengan suka cita, perasaan bahagia, pesan kebahagian itu juga bisa dirasakan orang lain. Rasa kebahagian itu memberikan totalitas. Saya simpan disini tulisan teman saya itu, jadi kalau suatu hari saya lelah, saya ingin berhenti, saya akan baca lagi tulisan ini dan saya tahu betapa bodohnya saya kalau saya berhenti menulis. :)
*Thanks...buat jadi pemandu sorak, teman, sahabat, saudara, like mom sometimes... i know nothing for free, don't forget to send me the bill hahha :))

Oborolan sore : tentang jodoh

Sunday, October 2, 2011

Sore tadi saya menelpon teman smp saya, salah satu sahabat saya sampai sekarang. Dia sudah menikah, tinggal di jakarta bersama suami dan anak laki-lakinya yang lucu. Sampailah obrolan kami pada jodoh, menikah dan sejenisnya. Dia menyeletuk " Kalau jodoh itu prosesnya akan terasa sangat simple, tidak terlalu rumit," mengingat kisah cinta dan pertemuanya dengan sang suami dulu memang tidak serumit kisah cintanya yang sebelum-sebelumnya.

Hemm...saya tertegun memikirkan celetukan kecil sahabat saya ini. Mungkin memang benar begitu, namun bisa juga tidak. Ahh entahlah saya juga tidak tahu, itu bukan hak saya untuk menebak-nebak. Namun dari beberapa study kasus dari teman-teman dekat saya yang akhirnya menemukan kisah cinta sejati mereka beberapa memang tidak terlalu rumit, semua terasa pas, nyambung dan klop! Meski ada juga beberapa yang harus melalui jalan berliku untuk akhirnya bersama.

Saya jadi berfikir sesuatu, sebenarnya dengan begini Tuhan telah memberikan petunjuk, segala kerumitan dan kekomplekkan itu adalah petunjuk bahwa tidak ada jodoh disana. Kerumitan dalam arti proses menuju penyatuan dua pribadi yang berbeda. Namun kadang kita terlalu sibuk mengurusi dan membenahi kerumitan dan kekomplekan itu hingga lupa untuk melihat hal-hal lain dan hati-hati yang lain yang telah terbuka untuk kita.

Ahh cinta itu....deritanya tiadak akhir ~Pat Kai :D
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS