Pages

Cerita Minggu Sore : Lukisan, Cokek dan Hujan

Monday, October 10, 2011


Kecintaan saya pada lukisan ternyata memang belum hilang, meski hidup akhir-akhir ini tak banyak diisi dengan cerita soal lukisan, cat, kuas atau hal-hal lain yang berbau lukisaan. Minggu sore kemarin, saya ke Royal plaza mall untuk mencari sesuatu. Seorang diri, hanya ditemani tas ransel saya. 

Saya sedang mencari lift ke luar di lantai LG saat mata saya berhenti pada sederetan lukisan yang bersandar di tangga eskalator dan terjajar tidak beraturan di beberapa stand. Sebenarnya ini kali pertama saya tahu tentang stand-stand lukisan di lantai itu, saya tidak pernah menjelajah sampai situ sebelumnya. Saya mengunjungi beberapa stand diantaranya dan berhenti cukup lama, di salah satunya. Mas Murdi, begitu pelukis itu menyebutkan namanya. Pelukis yang ramah dan murah senyum. Saya duduk sebentar disana, mengamatinya menggambar salah satu pesanan lukisan pensil.
Mas Murdi yang sedang menggambar pesanan lukisan


Kita sempat berbincang sebentar, saya bercerita tentang kesukaan saya pada lukisan dan ayah saya yang pandai melukis tapi tidak dengan saya. Saya sangat buruk menggambar potrait. Dan mas Murdi bilang, " Pelukis perempuan sangat jarang, belajar lagi saja, pelan-pelan, kalau suka pasti bisa, dulu ada salah satu murid saya, dia selalu diledekin teman-temannya karena lukisannya sangat jelek, tapi dia tetap berlatih, lalu sekolah di smk seni, dan sekarang, lukisannya sudah bagus," hemm... saya tertegun, benar juga. 

Saya teringat kalau dulu sebenarnya saya suka menggambar, biasanya saya menggambar menggunakan pastel. Saya ceritakan pada mas Murdi, dia antusias sekali, dia bilang saya harus menggambar lagi. Kalau saya mau belajar, dia mau mengajari saya jua. Wow!  Lalu dia bercerita lagi soal lukisan, katanya melukis itu sebenarnya mudah, tinggal niat dan salah satu kuncinya setiap kita menggambar, objek utama dan backgroud warnanya harus berbeda, warna objek harus lebih menonjol dari warna background. Begitu katanya saat mengomentari salah satu lukisannya yang saya puji. Dia bilang lukisan itu belum jadi, karena warna background dan objek belum ada gradasinya. Saya berpamitan pada mas Murdi, dia senang sekali saya berkunjung, kapan-kapan saya pasti berkunjung lagi.
Mas Mardi dan stand lukisannya

 
Melanjutkan petualangan berikutnya saya segera menuju tempat parkir untuk mengambil motor saya. Bertepatan dengan saya yang mau ke luar dari parkiran, tiba-tiba datang orang asing, mungkin orang Jepang atau orang Korea  dengan membawa sepedanya, rupanya dia mencari parkir sepeda.  Mas parkirnya bilang tidak bisa parkir disitu karena itu hanya untuk motor. Mas bule berbicara bahasa inggris, mas parkir berbicara bahasa indonesia dan tidak nyambung sama sekali. Akhirnya saya bilang pada mas bule bahwa disitu "motorcycle only, for the bike is out side, turn a right and you will found it" he said " thank you" hadeww susahnya ya mencari parkir sepeda di kota ini, mungkin hampir di seluruh kota di indonesia, tidak ada tempat khusus parkir sepeda.

19.00 WIB saya sampai di THR untuk latihan ketoprak, saya senang sekali, selesai latihan saya sempat menyasikan group yang saya pikir ludruk pada awalnya, pentas di pelataran. Ternyata mereka group cokek, kalau kata Pak Hirno, pelatih ketoprak saya, cokek adalah penampilan sejumlah orang untuk menyajikan lagu-lagu dengan diiringi alat musik tradisional. Para penyajinya bisa dari group ludruk juga seperti mereka ini. Saya menyaksikan mereka sejenak.

Gorup Cokek..sorry hasil foto kurang ok, maklum dari kamera hp :p


Gedung Ludruk THR, tepat didepan gedung ketoprak

21.00 WIB saya pulang ke Sidoarjo, mengantar Bu Lilik terlebih dahulu ke Klampis dan tahu apa yang terjadi, hujan! Saya bertemu hujan pertama di bulan oktober, aroma tanah kering yang tersiram air hujan...hemmm wangi sekali. Sampailah saya di rumah basah kuyup, karena hujan yang tiba-tiba datang dan belum sempat pakai jas hujan...Haha :D

Tapi semuanya menyenangkan :)

2 comments:

  1. bedanya kalau ludruk, pemainnya waria atau laki-laki, bahasanya menggunakan bahasa suroboyoan, untuk cerita pada umumnya cerita rakyat biasa. Kalau ketoprak, pemain bisa laki-laki, bisa perempuan, untuk cerita biasanya legenda atau sejarah, dan bahasa yang digunakan bahasa jawa halus (kromo inggil ) :)

    ReplyDelete

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS